Sabtu, 22 Januari 2011

Hasil Riset StrategisTahun 2009



DESENTRALISASI  KESEHATAN DAN DAMPAKNYA 
TERHADAP PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR*)

Misnaniarti, Asmaripa Ainy, Rini Mutahar
 Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsri

ABSTRAK


Salah satu aspek penting sebagai dampak penerapan kebijakan desentralisasi di sektor kesehatan adalah pengalokasian anggaran yang sepenuhnya ada dalam wewenang daerah. Program Pemberantasan Penyakit menular (P2M) merupakan salah satu program strategis Departemen Kesehatan RI untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya agar masyarakat terbebas dari penyakit menular. Pembiayaan merupakan aspek penting, oleh karena itu perlu dicari model kebijakan pengalokasian anggaran yang tepat, sehingga proporsi anggaran bisa seimbang antar setiap program penyakit.
Desain penelitian adalah observasional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian meliputi seluruh Dinas Kesehatan se kabupaten/kota yang ada di Propinsi Sumatera Selatan.  Data diperoleh dengan menggunakan  chek list pola alokasi anggaran serta pedoman wawancara mendalam tentang dukungan dan faktor-faktor penghambat dalam Program Pemberantasan Penyakit Menular. Analisis dilakukan secara univariat dan content analysis.
Diketahui bahwa proporsi anggaran Program P2M di  tiap-tiap kabupaten/kota berbeda-beda, tergantung dari program prioritas yang dilaksanakan di wilayah tersebut. Pembiayaan program ini tidak tergantung kepada tinggi rendahnya jumlah kejadian penyakit di tahun sebelumnya. Hal ini berakibat adanya penyakit yang tidak mendapatkan dukungan anggaran karena keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk Dinas Kesehatan yang ada di kabupaten tersebut. Juga karena kurangnya dukungan dari Pemerintah Daerah yang lebih memperioritaskan pada kegiatan Pengobatan Gratis yang lebih banyak memerlukan porsi anggaran.
Disimpulkan bahwa desentralisasi belum menunjukkan dampak yang positif pada pelaksanaan program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), terutama aspek pengalokasian dana. Direkomendasikan Untuk semua Dinas Kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan agar memberikan alokasi anggaran yang tepat pada program P2M sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian penyakit menular.
Kata Kunci : kebijakan, desentralisasi, pembiayaan, penyakit menular


*) Dibiayai dari Dana DIPA DP2M Dikti Tahun 2009

Minggu, 16 Januari 2011

Kegiatan Pengabdian tahun 2010









PEMBERDAYAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM MENINGKATKAN PHBS CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA MURID SEKOLAH DASAR DI DESA SENURO TIMUR
OLEH :
Misnaniarti, Nur Alam Fajar
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsri
Kegiatan pengabdian ini merupakan salah satu upaya mendukung program pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan anak usia sekolah melalui Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Sayangnya, pemberdayaan UKS ini belum berjalan secara optimal, padahal UKS merupakan elemen kunci untuk meneruskan informasi-informasi kesehatan dari peer teaching ke anak usia sekolah dasar. Sehingga perlu upaya penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang Prilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Tujuan umum dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan dan prilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada anak usia sekolah dasar di Desa Senuro Timur Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir.
Berdasarkan data diketahui bahwa kejadian diare dan ISPA di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 masih cukup tinggi. Kabupaten Ogan Ilir merupakan salah satu kabupaten dengan angka penderita diare dan ISPA yang cukup tinggi yakni 8358 penderita diare dan 23.308 penderita ISPA, yang tersebar di beberapa kecamatan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare dan ISPA adalah perilaku cuci tangan pakai sabun. Karena perilaku tersebut dapat menurunkan hampir separuh kasus diare dan sekitar seperempat kasus ISPA. Namun saat ini hanya sekitar 17% anak usia sekolah yang mencuci tangan pakai sabun dengan benar, padahal anak usia tersebut rentan terhadap penyakit seperti diare dan ISPA.
Hasil kegiatan penyuluhan diketahui bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana, murah, dan berdampak besar bagi pencegahan penyakit-penyakit menular seperti diare dan ISPA belum menjadi kebiasaan pada anak usia sekolah padahal anak diusia tersebut rentan terhadap penyakit seperti diare dan ISPA. Tentunya hal ini dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran anak usia tersebut terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun.
Hasil kegiatan penyuluhan, diskusi dan diakhiri tanya jawab menunjukkan peningkatan pengetahuan, dan sikap dimana lebih dari 80 % peserta penyuluhan dapat menjawab dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang CTPS merupakan bekal untuk berprilaku hidup bersih dan sehat. Sehingga akan meningkatkan kesadaran anak sekolah untuk berprilaku hidup sehat. Disarankan untuk memberikan penyuluhan secara berkesinambungan di UKS tentang penyakit yang rentan menular pada anak-anak dengan memberdayakan bidan dan kader di desa.