Jumat, 02 Februari 2018

   DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama                                     : Dr. Misnaniarti, S.KM, M.KM
Jenis kelamin                        : Perempuan
Pangkat / Golongan            : Pembina / IV a
Jabatan Fungsional             : Lektor Kepala
ID SCOPUS                          : 57189660365
Alamat rumah                     : Jl. KH. Wahid Hasyim  Lr. Terusan No.1635 RT.41
  Kel. 5 Ulu, SU I Palembang 30254
e-mail                                 : misnaniarti@fkm.unsri.ac.id
Alamat kantor                     : Kampus FKM Unsri Indralaya
Telepon kantor/fax             : 0711-580068 / 0711-580089

RIWAYAT PENDIDIKAN


2001
2007
2017
S1 FKM Universitas Indonesia (Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan)
S2 PPs. Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Indonesia (Kebijakan Kesehatan)
S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Indonesia

Kamis, 12 November 2015

Cara Mengubah dan Menghitung Format Tanggal di SPSS
(How to change format date in SPSS)

Depok, 12 November 2015
Seperti kata pepatah, “setiap penyakit pasti ada obatnya” demikian juga halnya “setiap permasalahan pasti ada solusinya”. Ini saya alami sendiri pada saat menemui kesulitan cara menghitung jarak berapa lama hari rawat pasien di RS dari file yang saya dapatkan dari database BPJS.
Format tanggal tersebut awalnya berupa string, dan setelah dicoba ubah type -nya ke bentuk numerik  tetap gak bisa juga. Tanya ke beberapa teman statistik, dijawab gak ngerti, gak bisa atau mesti diubah dulu formatnya.

Akhirnya setelah cari-cari informasi di web, ketemu link ini …

http://libguides.library.kent.edu/SPSS/DatesTime

Dan dicoba diterapkan di data saya, alhamdulillah berhasil.


Lebih dan kurang step nya sebagai berikut :
(Jika data dalam format string ingin diubah menjadi format data numerik).

Transform à Date and Time Wizard àcreate data/time variable form a string containing a date or time


à klik next à pilih format date (patterns) yang sesuai dengan variabel string awal. Misal di file saya format tanggalnya 2014-6-25 maka saya pilih pattern : yyyymmdd



à Klik next àbuat nama file à pilih create the variabel now à klik finish



Sampai di sini sudah selesai, dengan adanya tampilan variabel date yang baru di SPSS kita.

Cara Menghitung Jumlah Hari di SPSS

Setelah berhasil merubah variabel date tadi, baru bisa kita hitung jumlah hari ukuran jarak antara 2 tanggal tadi dengan cara :
Transform à  Date and Time Wizard àCalcute with date and time àklik next



Pilih calcute the number of time units between two dates à klik next


Pilih date 1 untuk tanggal akhir
Pilih date 2 untuk tanggal awal (sebagai pengurangan)
Pilih retain fraction part (untuk membuat variabel baru)

è Klik next



Buat nama variabel baru misalnya ALOS untuk lama hari rawat pasien
   à klik finish


Selesai….
Akan muncul variabel varu sebagai hitungan jumlah hari antara tanggal datang pasien hingga tanggal pulang dari RS

Senangnya hatiku ….^_^

Informasi yang saya sampaikan ini mungkin sangat minim sekali...(terutama file gambar resolusinya sangat kecil, secara amatir ^_^) ....tapi bisa ikuti dari link web aslinya ya…

Intinya jangan mudah berputus asa, jika menemui permasalahan cobalah untuk berusaha cari solusinya dengan banyak cara...misalnya tanya ke dosen, atau kalau segan or malu bisa tanya ke teman yang mengerti atau dengan cara browsing di internet. Semoga bermanfaat….
Good luck !!


Cara Install Aplikasi Whatsapp di Samsung Tab 4

Depok, 12 November 2015
Keinginan punya blog yang bermanfaat bagi orang banyak sebenarnya sudah lama terniat di benak. Tapi karena kesibukan tugas kampus dan kuliah, jd terpaksa niat tersebut tertunta terus. Oleh karena itu, kalau dipikir-pikir nungguin tugas yang gak habis-habis, kayaknya bakal batal nulis….so, akhirnya diputuskan untuk nulis seadanya….^_^ (*yang penting informasinya bisa sampai ke pemirsa….)

Untuk posting informasi yang pertama ini, (setelah udah beratus-ratus hari gak nulis), saya akan menyampaikan informasi tentang cara install whatsapp (WA) di gadget samsung tab 4. Berawal dari aplikasi WA di tablet saya yang gak bisa diupdate….sudah kebayang kan gimana pusingnya, sebab zaman sekarang WA sudah jadi kebutuhan primer. Selain karena lebih praktis mengirim multimedia, juga kalo kirim pesan pake sms tradisional itungan tarifnya lebih mahal.
Langsung aja ya…

Waktu mau update WA versi terbaru muncul notifikasi “your device isn’t compatible with this version”. Setelah browsing informasi yang sama, sebenarnya udah ketemu juga permasalahan dan solusinya. Sebabnya karena versi WA terbaru memang tidak mendukung di tablet sejak WA mengeluarkan versi web pada Januari 2015 (*kalo gak salah ya….), dikasih link download WA yang bisa buka di web  tapi tidak bisa juga….

Untungnya gak sempat putus asa, akhirnya inisiatif untuk email ke tim support (alamat email ada jika kita buka aplikasi WA di Goole Play Store) atau langsung saja ini alamat emailnya: support@support.whatsapp.com

dan langsung mereka balas hari itu juga, dengan jawaban antara lain seperti berikut…

Sorry, tablets are not officially supported by WhatsApp. While we cannot fix any issues that may arise using WhatsApp, you may download the app from our website:


Please understand that even though WhatsApp may work right now, it may cease functioning in the future due to the fact that tablets are not supported. We will be unable to address any issues you may see due to hardware and/or software limitations of your device.

Setelah diikuti link untuk download di atas (download pada 12 November 2015), lalu diinstall, alhamdulillah BERHASIL…

Aplikasi WA bisa lagi dibuka di samsung tab 4 saya. Mungkin teman-teman yang memiliki permasalahan yang sama bisa diikuti link tersebut, khususnya yang pake tab 4 (untuk tipe tablet lain, saya kurang tahu. Bisa langsung email tim supportnya kalau gak bisa cara di atas)

Semoga bermanfaat… ^_^


Rabu, 24 Juli 2013

Kegiatan Penyuluhan tahun 2012

Sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 dalam  Rangka Peningkatan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif di Desa Payakabung



Pengetahuan ibu-ibu tentang pemberian ASI eksklusif sudah cukup baik, tetapi aplikasinya belum optimal karena kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan di desa tersebut. Pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif yang benar yang dimiliki masyarakat ibu-ibu merupakan bekal untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anaknya sehingga pada akhirnya tercipta generasi yang sehat. Disarankan perlu kegiatan penyuluhan secara berkesinambungan bagi masyarakat terutama yang diberikan oleh kader maupun bidan desa. Serta perlu dukungan dari pemerintah setempat untuk memberikan informasi yang benar terkait pemberian ASI eksklusif 

Sabtu, 22 Januari 2011

Hasil Riset StrategisTahun 2009



DESENTRALISASI  KESEHATAN DAN DAMPAKNYA 
TERHADAP PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR*)

Misnaniarti, Asmaripa Ainy, Rini Mutahar
 Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsri

ABSTRAK


Salah satu aspek penting sebagai dampak penerapan kebijakan desentralisasi di sektor kesehatan adalah pengalokasian anggaran yang sepenuhnya ada dalam wewenang daerah. Program Pemberantasan Penyakit menular (P2M) merupakan salah satu program strategis Departemen Kesehatan RI untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya agar masyarakat terbebas dari penyakit menular. Pembiayaan merupakan aspek penting, oleh karena itu perlu dicari model kebijakan pengalokasian anggaran yang tepat, sehingga proporsi anggaran bisa seimbang antar setiap program penyakit.
Desain penelitian adalah observasional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian meliputi seluruh Dinas Kesehatan se kabupaten/kota yang ada di Propinsi Sumatera Selatan.  Data diperoleh dengan menggunakan  chek list pola alokasi anggaran serta pedoman wawancara mendalam tentang dukungan dan faktor-faktor penghambat dalam Program Pemberantasan Penyakit Menular. Analisis dilakukan secara univariat dan content analysis.
Diketahui bahwa proporsi anggaran Program P2M di  tiap-tiap kabupaten/kota berbeda-beda, tergantung dari program prioritas yang dilaksanakan di wilayah tersebut. Pembiayaan program ini tidak tergantung kepada tinggi rendahnya jumlah kejadian penyakit di tahun sebelumnya. Hal ini berakibat adanya penyakit yang tidak mendapatkan dukungan anggaran karena keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk Dinas Kesehatan yang ada di kabupaten tersebut. Juga karena kurangnya dukungan dari Pemerintah Daerah yang lebih memperioritaskan pada kegiatan Pengobatan Gratis yang lebih banyak memerlukan porsi anggaran.
Disimpulkan bahwa desentralisasi belum menunjukkan dampak yang positif pada pelaksanaan program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), terutama aspek pengalokasian dana. Direkomendasikan Untuk semua Dinas Kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan agar memberikan alokasi anggaran yang tepat pada program P2M sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian penyakit menular.
Kata Kunci : kebijakan, desentralisasi, pembiayaan, penyakit menular


*) Dibiayai dari Dana DIPA DP2M Dikti Tahun 2009

Minggu, 16 Januari 2011

Kegiatan Pengabdian tahun 2010









PEMBERDAYAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM MENINGKATKAN PHBS CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA MURID SEKOLAH DASAR DI DESA SENURO TIMUR
OLEH :
Misnaniarti, Nur Alam Fajar
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsri
Kegiatan pengabdian ini merupakan salah satu upaya mendukung program pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan anak usia sekolah melalui Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Sayangnya, pemberdayaan UKS ini belum berjalan secara optimal, padahal UKS merupakan elemen kunci untuk meneruskan informasi-informasi kesehatan dari peer teaching ke anak usia sekolah dasar. Sehingga perlu upaya penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang Prilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Tujuan umum dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan dan prilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada anak usia sekolah dasar di Desa Senuro Timur Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir.
Berdasarkan data diketahui bahwa kejadian diare dan ISPA di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 masih cukup tinggi. Kabupaten Ogan Ilir merupakan salah satu kabupaten dengan angka penderita diare dan ISPA yang cukup tinggi yakni 8358 penderita diare dan 23.308 penderita ISPA, yang tersebar di beberapa kecamatan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare dan ISPA adalah perilaku cuci tangan pakai sabun. Karena perilaku tersebut dapat menurunkan hampir separuh kasus diare dan sekitar seperempat kasus ISPA. Namun saat ini hanya sekitar 17% anak usia sekolah yang mencuci tangan pakai sabun dengan benar, padahal anak usia tersebut rentan terhadap penyakit seperti diare dan ISPA.
Hasil kegiatan penyuluhan diketahui bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana, murah, dan berdampak besar bagi pencegahan penyakit-penyakit menular seperti diare dan ISPA belum menjadi kebiasaan pada anak usia sekolah padahal anak diusia tersebut rentan terhadap penyakit seperti diare dan ISPA. Tentunya hal ini dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran anak usia tersebut terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun.
Hasil kegiatan penyuluhan, diskusi dan diakhiri tanya jawab menunjukkan peningkatan pengetahuan, dan sikap dimana lebih dari 80 % peserta penyuluhan dapat menjawab dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang CTPS merupakan bekal untuk berprilaku hidup bersih dan sehat. Sehingga akan meningkatkan kesadaran anak sekolah untuk berprilaku hidup sehat. Disarankan untuk memberikan penyuluhan secara berkesinambungan di UKS tentang penyakit yang rentan menular pada anak-anak dengan memberdayakan bidan dan kader di desa.

Sabtu, 22 Mei 2010

Hasil Riset


Analisis Kebijakan Pengelolaan Oseltamivir
dan Implementasinya di Rumah Sakit Rujukan Kasus Flu Burung*)

Misnaniarti

ABSTRAK

Latar Belakang: Ancaman pandemi flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1, mendorong berbagai upaya pemerintah untuk mencari cara mencegah, menanggulangi dan mengobatinya, di antaranya dengan kebijakan penyediaan obat antiviral. Penyediaan obat antiviral ini memegang peranan yang sangat penting, sehingga harus dikelola secara baik dan kebijakan yang melandasinya harus berdasarkan formulasi yang tepat mulai dari tahap perencanaan hingga pengendalian. Oleh karena itu perlu dianalisis secara komprehensif dengan melihat aspek-aspek pada sistem kebijakan meliputi public policies, policy stakeholders, dan policy environment.

Metode: Jenis penelitian adalah kualitatif yang dilakukan secara
retrospektif dengan menganalisis sistem kebijakan, melibatkan 10 informan. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen, kemudian dilakukan analisis isi.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan
perencanaan penyediaan Oseltamivir belum bisa berdasarkan data evidences jumlah kasus riil yang terjadi pada instansi rumah sakit (RS) rujukan ataupun kebutuhan RS akan obat tersebut. Hal ini karena pertimbangan kasus yang dihadapi merupakan kasus baru yang terus menunjukkan progresivitas angka kematian pada manusia, sehingga dilakukan strategi stockpilling yang memperhitungkan jumlah kebutuhan berdasarkan pada prediksi persentase jumlah penduduk Indonesia yang akan terkena jika terjadi pandemi. Besaran anggaran yang disediakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan anggaran yang dialokasikan sebelumnya. Pengadaan dengan teknik dropping dapat mengakibatkan terjadinya penumpukkan obat di RS rujukan, tetapi hal tersebut dilakukan karena adanya hibah obat dari negara lain sehingga obat harus segera didistribusikan ke unit pelayanan kesehatan agar bisa terpakai mengingat masa kadaluarsanya yang relatif dekat. Pendistribusiannya secara terbatas pada instansi pemerintah dan tidak dijual bebas dilakukan mengingat pentingnya obat tersebut bagi keselamatan manusia, akan tetapi perlu dipikirkan juga akses unit pelayanan kesehatan swasta (RS/klinik) untuk memperoleh obat tersebut.

Kesimpulan: Kebijakan pengelolaan Oseltamivir dalam
penanganan kasus flu burung di RS rujukan di wilayah DKI Jakarta dibuat secara terbatas dan pada pelaksanaannya tidak mencakup pada keseluruhan lini yang memerlukan. Diharapkan pihak Depkes dalam pengelolaan Oseltamivir ini juga memberdayakan apotek yang ditunjuk untuk menyediakan-nya sehingga selain mempermudah akses unit pelayanan kesehatan swasta lainnya dalam memperoleh obat tersebut dan bisa dijadikan stockpile. Bagi RS diharapkan memberikan rekomendasi desain kebijakan pengelolaan Oseltamivir yang sesuai dengan kondisi di RS kepada Depkes.

Kata Kunci : Oseltamivir, kebijakan pengelolaan

*) Hasil riset tahun 2007